Harga Bahan Pokok Meroket di Pasar Badak Pandeglang, Pedagang Kelimpungan Imbas Kebijakan ODOL

FOKUS PANDEGLANG — Lonjakan harga bahan pokok (bapok) kembali menghantam warga Pandeglang. Sejumlah komoditas sayur dan cabai di Pasar Badak mengalami kenaikan drastis dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini dipicu oleh terhambatnya distribusi akibat aksi protes para sopir truk yang menolak kebijakan Over Dimension Over Load (ODOL).
Gangguan distribusi dari daerah penghasil membuat pasokan ke pasar tersendat, mendorong harga sejumlah komoditas melonjak tajam. Pedagang lokal pun mengaku kewalahan menghadapi situasi ini.
“Harga kol sekarang sudah tembus Rp150 ribu per kilogram, padahal sebelumnya hanya Rp70 ribu. Daun bawang melonjak dari Rp10 ribu jadi Rp70 ribu, dan seledri juga naik lima kali lipat jadi Rp50 ribu per kilo. Bahkan tomat ikut naik dari Rp12 ribu ke Rp20 ribu per kilogram,” ujar Aas, salah satu pedagang di Pasar Badak saat ditemui Rabu, 25 Juni 2025.
Tak hanya sayur mayur, komoditas cabai juga mengalami lonjakan signifikan. Cabai orange kini dijual seharga Rp80 ribu per kilogram, naik dari harga normal Rp48 ribu. Sementara cabai rawit hijau melonjak dari Rp25 ribu menjadi Rp50 ribu, dan cabai merah keriting naik dari Rp25 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram.
Menurut Aas, akar permasalahan ini terletak pada pembatasan muatan truk akibat kebijakan ODOL. Kebijakan tersebut membatasi kapasitas angkut truk, yang sebelumnya mampu membawa 4 ton, kini hanya diizinkan mengangkut separuhnya.
“Ongkos kirim jadi dua kali lipat. Truk yang biasanya kirim 4 ton sekarang cuma boleh bawa 2 ton. Jadi otomatis biayanya juga naik. Barang dari daerah penghasil sih ada, cuma pengirimannya susah,” jelasnya.
Situasi makin pelik karena sejumlah pedagang terpaksa menggunakan bus umum sebagai alternatif distribusi. Cara ini dinilai sebagai satu-satunya solusi agar suplai tetap berjalan, meskipun tidak ideal.
“Sekarang terong, kentang, kol—semuanya naik bus. Karena truk sudah enggak bisa jalan normal. Ini jelas bikin pusing pedagang,” keluh Aas.
Aksi demo sopir truk yang menolak ODOL hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Hal ini memperburuk kondisi pasar dan mengancam stabilitas harga dalam jangka panjang.
“Demo ODOL belum selesai, masih terus berlanjut. Selama ini belum ada kejelasan kapan bisa normal lagi,” ujarnya.
Aas pun menyampaikan harapan besar kepada pemerintah agar segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi krisis distribusi ini. Pasalnya, situasi tersebut tidak hanya memberatkan pedagang, tetapi juga menyulitkan konsumen yang harus membeli dengan harga jauh lebih tinggi.
“Kalau terus begini, harga bisa naik dua kali lipat, bahkan lebih. Kami harap ada solusi cepat. Jangan dibiarkan berlarut-larut,” pungkasnya.
Penulis: Fuad