Coba Petakan Permasalahan yang Dihadapi Nelayan Perempuan di Demak dalam Menghadapi Krisis Iklim Banjir Rob

FOKUS kali ini akan membahas secara mendalam mengenai soal penting: "Coba petakan permasalahan apa saja yang dihadapi nelayan perempuan di Demak dalam menghadapi krisis iklim banjir rob dan upaya apa saja upaya yang sudah dilakukan untuk menangani masalah tersebut?" Soal ini relevan bagi para guru, orang tua, dan pendidik yang ingin memahami konteks sosial-ekologis sekaligus melibatkan siswa dalam pembelajaran berbasis masalah nyata di masyarakat. Coba petakan permasalahan apa saja yang dihadapi nelayan perempuan di Demak dalam menghadapi krisis iklim banjir rob dan upaya apa saja upaya yang sudah dilakukan untuk menangani masalah tersebut
Mengapa Topik Ini Penting?
Krisis iklim kini bukan sekadar ancaman masa depan—dampaknya sudah dirasakan nyata, terutama di wilayah pesisir seperti Demak, Jawa Tengah. Nelayan perempuan menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak, karena posisi mereka yang berada di persimpangan antara ekonomi rumah tangga dan kerja produktif di sektor perikanan.
Permasalahan yang Dihadapi Nelayan Perempuan di Demak akibat Krisis Iklim (Banjir Rob)
Berikut adalah pemetaan masalah utama yang dihadapi oleh para nelayan perempuan di Demak akibat krisis iklim dan banjir rob:
1. Terganggunya Aktivitas Ekonomi
-
Banyak perempuan berperan sebagai pengolah hasil laut—membuat terasi, mengeringkan ikan, hingga menjual hasil tangkapan.
-
Banjir rob merusak alat kerja dan mengganggu proses produksi, terutama pengeringan ikan yang bergantung pada cuaca.
2. Kerusakan Infrastruktur dan Hunian
-
Rumah-rumah nelayan terendam secara berkala, bahkan beberapa desa seperti Timbulsloko dan Bedono telah kehilangan daratan karena abrasi dan rob.
-
Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal layak dan sulit pindah karena keterbatasan ekonomi.
3. Minimnya Akses terhadap Bantuan dan Informasi
-
Nelayan perempuan jarang dilibatkan dalam perencanaan kebijakan atau forum desa.
-
Rendahnya literasi iklim dan kurangnya pelatihan adaptasi menambah tingkat kerentanan mereka.
4. Beban Ganda dan Ketimpangan Gender
-
Selain mencari nafkah, perempuan juga menjadi penanggung jawab rumah tangga, sehingga tekanan mental dan fisik meningkat saat terjadi bencana.
-
Status hukum sebagai "nelayan" sering tidak diakui, menghambat akses ke bantuan alat, subsidi, dan pelatihan.
Upaya yang Sudah Dilakukan di Demak
1. Pelatihan Adaptasi Iklim
-
Lembaga seperti LPPPM memberikan pelatihan keterampilan alternatif, seperti membuat produk olahan laut tahan lama dan penggunaan teknologi pengering tenaga surya.
2. Relokasi dan Rehabilitasi Lingkungan
-
Pemerintah telah merelokasi sebagian warga dari wilayah rawan rob.
-
Dilakukan juga penanaman mangrove untuk menahan abrasi dan air pasang.
3. Diversifikasi Ekonomi
-
Perempuan didorong beralih ke usaha mikro seperti kerajinan tangan, budidaya ikan air tawar, atau peternakan kecil.
Contoh Dampak Krisis Iklim di Wilayah Lain
Kasus di Semarang
-
Masalah: Banjir rob kronis dan penurunan muka tanah (land subsidence).
-
Upaya: Pembangunan tanggul laut, pengelolaan air terpadu, dan edukasi iklim di sekolah-sekolah.
Sumber: BPBD Semarang, Kompas.com (2023)
Strategi Nasional Menghadapi Perubahan Iklim dan Globalisasi
Peran Pemerintah
-
Implementasi RAN-API (Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim).
-
Transisi menuju energi bersih dan terbarukan.
-
Penguatan sistem peringatan dini dan tata ruang berbasis mitigasi risiko.
Peran Masyarakat
-
Literasi iklim sejak dini melalui sekolah dan media komunitas.
-
Adaptasi berbasis komunitas, seperti pertanian tahan kekeringan.
-
Promosi gaya hidup ramah lingkungan, hemat energi, dan minim plastik.
Isu Gender: Mengapa Nelayan Perempuan Perlu Diperhatikan Khusus?
FOKUS ingin menekankan bahwa nelayan perempuan bukan hanya korban, tapi juga agen perubahan. Namun mereka menghadapi tantangan struktural seperti:
-
Kurangnya akses modal dan pelatihan.
-
Tidak dianggap sebagai pekerja produktif dalam perikanan.
-
Minim representasi dalam pengambilan keputusan.
Solusi yang Dapat Diambil:
-
Legalitas dan pengakuan status nelayan perempuan.
-
Pelibatan aktif dalam program adaptasi iklim berbasis komunitas.
-
Peningkatan kapasitas dan literasi digital untuk usaha kecil.
Kolaborasi Multisektor: Kunci Keberhasilan Adaptasi
Adaptasi perubahan iklim membutuhkan sinergi lintas sektor:
-
Pemerintah daerah: Pembangunan tanggul berbasis ekosistem (green infrastructure).
-
Swasta: CSR untuk rehabilitasi pesisir dan pembinaan ekonomi lokal.
-
Akademisi: Data riset dan partisipasi masyarakat dalam pemantauan lingkungan.
-
LSM: Pendidikan iklim dan penguatan organisasi perempuan nelayan.
Langkah Strategis Jangka Panjang
Beberapa langkah jangka panjang untuk memperkuat ketahanan masyarakat pesisir di antaranya:
-
Pendidikan lingkungan hidup di kurikulum SD–SMA.
-
Diversifikasi ekonomi lokal (perikanan berkelanjutan, pertanian organik).
-
Skema perlindungan sosial adaptif bagi nelayan (BPJS Ketenagakerjaan khusus, asuransi gagal panen/gagal melaut).
-
Insentif untuk program rendah karbon di tingkat daerah.
Referensi Terpercaya
-
WALHI (2022), Mongabay.co.id, Kompas.id
-
KLHK & Bappenas (2020) – RAN-API
-
UN Women Indonesia (2022) – Gender and Climate Change
Penutup
Coba petakan permasalahan apa saja yang dihadapi nelayan perempuan di Demak dalam menghadapi krisis iklim banjir rob dan upaya apa saja upaya yang sudah dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah soal yang membuka cakrawala berpikir kritis tentang perubahan iklim, ketimpangan gender, dan keadilan sosial.
FOKUS menegaskan bahwa dengan pendekatan kolaboratif dan responsif gender, Indonesia bisa membangun ketahanan masyarakat pesisir yang tangguh, adil, dan berkelanjutan menghadapi tantangan globalisasi dan krisis iklim.