Blockchain dan Masa Depan Pembayaran Indonesia: Inovasi yang Tak Bisa Lagi Ditunda

FOKUS OPINI - Perubahan cara masyarakat Indonesia bertransaksi dalam 10 tahun terakhir terasa seperti lompatan zaman. Dompet digital, mobile banking, dan QRIS kini jadi standar baru, bukan lagi sekadar alternatif.
Namun di balik semua kemajuan itu, ada satu teknologi yang perlahan naik ke permukaan dan mulai dianggap sebagai fondasi masa depan: blockchain.
Teknologi ini bukan sekadar tren teknologi, melainkan peluang besar untuk menciptakan sistem pembayaran yang lebih aman, transparan, dan efisien.
Artikel ini mengurai bagaimana blockchain dan masa depan pembayaran Indonesia saling terhubung, mengapa inovasi ini tidak bisa lagi ditunda, dan apa langkah yang perlu diambil agar Indonesia tidak tertinggal.
Apa Itu Blockchain dan Kenapa Penting bagi Sistem Pembayaran Indonesia?
Blockchain sering disalahpahami sebagai “teknologi kripto”.
Padahal kripto hanyalah produk dari blockchain, bukan definisi blockchain itu sendiri.
Blockchain adalah jaringan pencatatan digital yang terdistribusi, di mana setiap data dicatat di banyak server secara bersamaan.
Jika ada satu transaksi dicatat, seluruh jaringan memperbarui catatan itu dalam waktu yang sama.
Model ini membuat data:
• sulit dimanipulasi
• sulit diretas
• selalu terekam permanen
Dalam konteks pembayaran, blockchain memberi jaminan transparansi yang sulit dicapai oleh sistem terpusat.
Ini alasan kenapa teknologi ini sangat relevan untuk masa depan pembayaran Indonesia.
Mengurai Tantangan Sistem Pembayaran Indonesia Saat Ini
Pertumbuhan transaksi digital Indonesia naik tiap tahun, terutama setelah pandemi.
Namun pertumbuhan ini juga membawa masalah baru.
Masalahnya cukup serius:
- kebocoran data
- penipuan digital
- serangan siber
- ketergantungan pada pihak perantara
- gangguan server
Karena sistem pembayaran kita masih sangat terpusat, gangguan pada satu lembaga bisa berdampak pada jutaan pengguna.
Model sentralisasi juga membuka celah manipulasi data jika ada penyalahgunaan internal.
Inilah celah yang bisa ditutup oleh blockchain.
Bagaimana Blockchain Menghadirkan Efisiensi Baru?
Keunggulan paling menarik dari blockchain adalah kemampuannya memproses transaksi tanpa perantara.
Tidak ada bank yang perlu melakukan verifikasi manual.
Semua terjadi otomatis lewat konsensus jaringan.
Hasilnya:
• transaksi lebih cepat, bahkan real-time
• biaya operasional lebih rendah
• risiko kesalahan pencatatan hampir nol
• audit jauh lebih mudah karena data transparan
Bagi masyarakat, manfaatnya sangat konkret.
Transaksi lebih murah, lebih cepat, dan lebih aman.
Bagi lembaga keuangan, blockchain dapat mengurangi kebutuhan infrastruktur besar dan sistem verifikasi rumit yang selama ini mahal.
Bank Indonesia dan Masa Depan Rupiah Digital (CBDC)
Bank Indonesia sudah cukup progresif dalam mengkaji penggunaan blockchain melalui konsep Central Bank Digital Currency (CBDC).
CBDC adalah versi digital rupiah yang berjalan di atas teknologi blockchain.
Dengan CBDC, Bank Indonesia bisa:
- menjaga stabilitas moneter
- mengurangi ketergantungan pada infrastruktur pembayaran lama
- memonitor transaksi lebih efektif
- memperkuat kedaulatan ekonomi digital Indonesia
Dalam konteks keamanan nasional, blockchain bisa membantu deteksi lebih cepat pada aktivitas ilegal seperti pencucian uang atau transaksi gelap.
Namun implementasinya tetap membutuhkan regulasi yang adaptif.
Aturan yang kaku bisa menghambat inovasi, sementara aturan yang terlalu longgar bisa membuka risiko baru.
Menghapus Kesalahpahaman Publik: Blockchain Bukan Kripto
Masih banyak masyarakat yang menyamakan blockchain dengan Bitcoin.
Ini adalah hambatan terbesar adopsi teknologi ini.
Blockchain bisa digunakan di hampir semua sektor:
• logistik
• perbankan
• kesehatan
• pemerintahan digital
• sertifikasi tanah
• pendidikan
• keamanan data
Dalam sistem pembayaran, blockchain menawarkan keuntungan tanpa volatilitas harga seperti yang terjadi di aset kripto.
Karena itu edukasi publik perlu diperkuat agar masyarakat tidak menolak teknologi bermanfaat hanya karena stigma pada kripto.
Tantangan Besar Indonesia: Regulasi, Infrastruktur, dan Literasi
Blockchain bukan teknologi yang bisa diadopsi tanpa persiapan.
Ada beberapa tantangan nyata.
1. Literasi publik masih rendah
Banyak orang belum memahami apa itu blockchain, apalagi manfaatnya.
2. Regulasi belum sepenuhnya solid
Kerangka hukum harus terbuka, adaptif, dan menjaga keseimbangan antara keamanan dan inovasi.
3. Infrastruktur digital belum merata
Beberapa wilayah Indonesia masih kesulitan akses internet.
Tanpa pemerataan infrastruktur, adopsi blockchain berpotensi timpang.
Jika pemerintah ingin blockchain mendukung sistem pembayaran nasional, pemerataan internet menjadi syarat mutlak.
Indonesia Harus Menyambut Masa Depan Pembayaran Berbasis Blockchain
Di banyak negara, blockchain sudah jadi tulang punggung sistem pembayaran baru.
Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis untuk menjadi pelopor di Asia Tenggara.
Dengan jumlah penduduk besar dan perekonomian digital yang tumbuh cepat, Indonesia punya momentum “emas” untuk memanfaatkan teknologi ini sebelum negara lain melesat jauh.
Namun adopsinya tidak boleh tergesa-gesa.
Perlu kolaborasi kuat antara:
- pemerintah
- lembaga keuangan
- perguruan tinggi
- industri teknologi
- masyarakat
Jika dilakukan dengan terukur, blockchain bisa menjadikan Indonesia sebagai negara dengan sistem pembayaran paling modern dan terpercaya di kawasan.
Kesimpulan: Blockchain dan Masa Depan Pembayaran Indonesia Tidak Bisa Lagi Ditunda
Blockchain bukan lagi wacana futuristik.
Ini adalah solusi nyata untuk sistem pembayaran yang lebih aman, efisien, dan transparan.
Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin regional.
Tinggal bagaimana pemerintah dan industri berani mengambil langkah dan mempersiapkan fondasi yang tepat.
Dengan langkah tepat, blockchain dan masa depan pembayaran Indonesia dapat berjalan seiring, menciptakan ekosistem transaksi yang lebih kuat bagi seluruh masyarakat.
Nama: Assyfa Nazlia Pasha
Fakultas: Hukum
Mahasiswa Semester 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.