Api Sumpah Pemuda di Era Digital: Saatnya Generasi Muda Menyala Kembali

Oleh: Radiatul Fadillah Defriani
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Adzkia, Padang, Sumatera Barat

Generasi muda diajak menyalakan kembali semangat Sumpah Pemuda di era digital melalui inovasi, literasi, dan kebanggaan berbahasa Indonesia.
Generasi muda diajak menyalakan kembali semangat Sumpah Pemuda di era digital melalui inovasi, literasi, dan kebanggaan berbahasa Indonesia.

PADANG | FOKUS.CO.ID – Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati peristiwa monumental: Sumpah Pemuda 1928. Momentum ini menjadi simbol lahirnya kesadaran nasional yang menembus sekat suku, bahasa, dan daerah.

Di gedung kecil di Batavia hampir seabad lalu, para pemuda dengan semangat membara menyatukan tekad: bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu – Indonesia.

Namun kini, di tengah gempuran teknologi, arus informasi global, dan budaya digital yang serba cepat, muncul pertanyaan penting: masihkah api Sumpah Pemuda menyala di dada generasi muda masa kini?


Dari Kongres 1928 ke “Kongres Digital” Abad 21

Tahun 1928, komunikasi hanya bisa dilakukan lewat surat dan pertemuan tatap muka. Namun semangat mereka menggetarkan nusantara. Hari ini, komunikasi secepat kilat, tapi semangat kolektif itu sering tergerus oleh ego digital.

Menurut sejarawan Anhar Gonggong, Sumpah Pemuda adalah titik balik kesadaran nasional — saat ke-aku-an daerah dilebur menjadi ke-kita-an Indonesia.

Kini, kongres pemuda tak lagi digelar di gedung megah, tapi di timeline media sosial dan ruang digital tanpa batas. Pemuda tak lagi berorasi di podium, melainkan lewat unggahan, thread, dan video reels.

Namun ruang digital yang luas juga menyimpan bahaya. Data Kementerian Kominfo (2024) mencatat lebih dari 11.000 kasus hoaks dan ujaran kebencian, sebagian besar melibatkan remaja dan mahasiswa.

Jika dulu musuhnya adalah kolonialisme fisik, kini lawannya adalah disinformasi, polarisasi digital, dan degradasi moral daring.


Tantangan Baru: Dari Perjuangan Fisik ke Perjuangan Literasi Digital

Zaman boleh berubah, tapi semangat juang tak boleh padam. Dulu, perjuangan berarti mengangkat senjata. Kini, perjuangan berarti mengangkat kesadaran dan pengetahuan.

Perjuangan di abad ke-21 diwujudkan lewat literasi digital, inovasi sosial, dan solidaritas kemanusiaan.

Contohnya, gerakan Indonesia Mengajar mengirim pemuda ke pelosok negeri untuk membagikan ilmu. Startup seperti Gojek, Ruangguru, Kitabisa, dan Rekosistem menunjukkan bahwa anak muda mampu menjawab masalah sosial dengan kreativitas.

Menurut BPS (2023), lebih dari 70% penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Sekitar 25% di antaranya adalah pemuda, generasi yang menentukan arah bangsa di masa depan.

Dengan potensi sebesar itu, pemuda bukan sekadar penerus, melainkan penggerak utama transformasi bangsa.


Bahasa Indonesia, Jati Diri yang Harus Dijaga

Salah satu warisan abadi dari Sumpah Pemuda adalah pengakuan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Namun di era digital, identitas bahasa kerap tergerus oleh bahasa gaul global dan slang internet. Di ruang media sosial, penggunaan bahasa Indonesia baku sering dianggap kaku.

Padahal, seperti dikatakan Prof. E. Zaenal Arifin, “Bahasa adalah jati diri bangsa. Kehilangan bahasa berarti kehilangan arah budaya.”

Menjaga bahasa Indonesia di ruang digital bukan sekadar persoalan tata bahasa, tapi soal keberpihakan terhadap jati diri nasional.

Pemuda bisa menyalakan api nasionalisme melalui hal sederhana — menulis konten kreatif berbahasa Indonesia, mengedukasi literasi bahasa, dan menanamkan kebanggaan berkomunikasi dalam bahasa ibu.


Dari Dunia Maya Menuju Aksi Nyata

Media sosial memberi peluang besar bagi generasi muda untuk menyuarakan ide dan gerakan sosial. Tapi tantangan terbesar adalah memastikan energi digital bertransformasi menjadi aksi nyata.

Pemuda masa kini perlu lebih dari sekadar trending topic atau hashtag movement. Dibutuhkan tindakan konkret: kolaborasi lintas komunitas, gerakan lingkungan, inovasi sosial, dan partisipasi politik yang cerdas.

Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa perubahan besar dimulai dari kesadaran kolektif dan keberanian untuk bertindak.


Antara Semangat Nasionalisme dan Realitas Globalisasi

Era digital menjadikan dunia tanpa batas. Identitas nasional kini diuji oleh derasnya arus budaya global. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang besar bagi kolaborasi lintas negara. Di sisi lain, ia dapat mengikis nilai-nilai lokal dan semangat kebangsaan.

Pemuda perlu menjadi filter sekaligus jembatan. Mereka harus mampu menyerap nilai positif global tanpa kehilangan akar nasionalisme.

Membanggakan bahasa Indonesia, mencintai produk lokal, dan menanamkan etika digital adalah bentuk patriotisme baru di abad ini.


Api yang Tak Pernah Padam

Sumpah Pemuda bukan sekadar dokumen sejarah yang dibacakan setiap tahun, melainkan energi moral yang menyalakan bangsa.

Kini, penjajahan mungkin tak lagi datang dari bangsa asing, tapi dari kemalasan berpikir, apatisme sosial, dan sikap cuek terhadap nilai kebangsaan.

Bung Karno pernah berujar, “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Hari ini, dunia menunggu jutaan pemuda Indonesia yang berpikir besar, berjiwa gotong royong, dan berani berbuat nyata.

Menjadi pemuda Indonesia berarti menjadi pemersatu di tengah perbedaan, pembaharu di tengah stagnasi, dan penggerak di tengah kebingungan.

Api Sumpah Pemuda tidak pernah padam. Ia hanya menunggu untuk dinyalakan kembali oleh generasi yang berani berpikir, berbuat, dan mencintai bangsanya.


FAQ: Api Sumpah Pemuda di Era Digital

1. Apa makna Sumpah Pemuda bagi generasi muda di era digital?

Maknanya adalah meneguhkan kembali semangat persatuan dan nasionalisme di tengah kemajuan teknologi. Generasi muda diharapkan mampu menggunakan dunia digital untuk memperkuat jati diri bangsa, bukan melupakan akar budaya Indonesia.


2. Bagaimana cara generasi muda menyalakan kembali semangat Sumpah Pemuda?

Dengan berkontribusi positif di ruang digital—membuat konten edukatif, menjaga etika bermedia sosial, dan mengembangkan inovasi lokal yang bermanfaat bagi masyarakat.


3. Mengapa literasi digital penting dalam memperingati Sumpah Pemuda?

Literasi digital membantu pemuda berpikir kritis, mengenali informasi palsu, serta menggunakan teknologi secara produktif. Ini bentuk perjuangan modern untuk menjaga integritas dan semangat kebangsaan.


4. Apa hubungan antara bahasa Indonesia dan Sumpah Pemuda di masa kini?

Bahasa Indonesia adalah simbol persatuan yang lahir dari Sumpah Pemuda. Di era digital, penggunaan bahasa Indonesia yang baik di media sosial dan platform daring mencerminkan kebanggaan identitas nasional.


5. Bagaimana generasi muda bisa menjaga nilai-nilai Sumpah Pemuda di tengah globalisasi?

Dengan tetap mencintai produk lokal, menghargai keberagaman, dan berperan aktif membangun komunitas digital yang inklusif serta beretika.


6. Apa bentuk perjuangan pemuda masa kini dibandingkan generasi 1928?

Kalau dulu perjuangan dilakukan lewat kongres dan pergerakan fisik, kini perjuangan diwujudkan lewat karya, inovasi, dan kolaborasi di dunia digital.


7. Bagaimana peran media digital dalam menumbuhkan semangat Sumpah Pemuda?

Media digital menjadi ruang utama untuk menyebarkan inspirasi, kampanye kebangsaan, dan memperkuat rasa persaudaraan antar pemuda dari berbagai daerah di Indonesia.


Penutup

Semangat Sumpah Pemuda tak berhenti di halaman sejarah. Ia hidup di setiap gagasan, unggahan, dan tindakan nyata generasi muda Indonesia.

Di tengah derasnya arus digital dan globalisasi, pemuda hari ini ditantang untuk tetap berpijak pada nilai persatuan, menjaga bahasa Indonesia, serta memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa.

Menjadi pemuda Indonesia di abad ke-21 berarti berani berpikir kritis, bertindak kreatif, dan berkontribusi nyata.
Bukan sekadar mengikuti tren global, tetapi menciptakan arah baru bagi bangsa sendiri.

Api Sumpah Pemuda tidak akan pernah padam.
Ia hanya menunggu untuk kembali dinyalakan oleh generasi yang percaya bahwa cinta tanah air dan inovasi bisa berjalan beriringan — dari dunia nyata hingga ruang digital.

💬 Disclaimer: Kami di fokus.co.id berkomitmen pada asas keadilan dan keberimbangan dalam setiap pemberitaan. Jika Anda menemukan konten yang tidak akurat, merugikan, atau perlu diluruskan, Anda berhak mengajukan Hak Jawab sesuai UU Pers dan Pedoman Media Siber. Silakan isi formulir di halaman ini atau kirim email ke redaksi@fokus.co.id.