Perbedaan Hasil Survei Elektabilitas Capres-Cawapres, Publik Diminta Kritis

Daftar Isi

Capres-Cawapres

Pakar Komunikasi Politik: Bongkar Sumber Pendanaan dan Metodologi Survei

BERITA FOKUS - Publik diminta untuk tidak langsung percaya dengan hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) di Pemilu 2024. Pasalnya, hasil survei yang dirilis oleh berbagai lembaga survei seringkali menunjukkan perbedaan yang signifikan, bahkan di luar batas margin of error.

Hal ini disampaikan oleh Emrus Sihombing, pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), saat menanggapi dua hasil survei yang dirilis oleh CSIS dan Indikator Politik Indonesia. Kedua lembaga survei tersebut melakukan survei elektabilitas capres-cawapres dalam waktu yang berdekatan, namun hasilnya berbeda jauh.

Menurut hasil survei CSIS, pasangan Prabowo-Gibran meraih elektabilitas tertinggi dengan 43,7%, disusul oleh Anies-Muhaimin dengan 26,1%, dan Ganjar-Mahfud dengan 19,4%. Sementara itu, hasil survei Indikator Politik Indonesia menempatkan Prabowo-Gibran di posisi pertama dengan 46,7%, diikuti oleh Ganjar-Mahfud dengan 24,5%, dan Anies-Muhaimin dengan 21%.

“Hasil survei di Indonesia tidak boleh menjadi acuan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengambil keputusan, buktinya ada perbedaan yang mencolok,” kata Emrus, Kamis (28/12/2023).

Emrus menyarankan publik untuk bersikap kritis terhadap hasil survei elektabilitas capres-cawapres. Ia mengatakan, publik harus mengetahui sumber pendanaan dan metodologi survei yang digunakan oleh lembaga survei, termasuk kuesioner yang disebarkan kepada responden.

“Sepanjang tidak dibuka sumber pendanaannya, sepanjang itu publik harus pertanyakan hasil survei. Jangan langsung terima hasil survei. Bongkar sumber pendanaan, bongkar metodologinya, termasuk kuesionernya,” ujar Emrus.

Emrus menambahkan, publik juga harus memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi elektabilitas capres-cawapres, seperti isu-isu aktual, dinamika politik, dan sikap partai-partai pendukung. Ia mengingatkan, hasil survei hanyalah gambaran sementara yang bisa berubah sewaktu-waktu.

“Hasil survei bukanlah ukuran pasti dari kekuatan politik capres-cawapres. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi elektabilitas mereka, baik dari dalam maupun dari luar. Publik harus cerdas dan kritis dalam menilai hasil survei,” tutup Emrus. (*/Red)

Baca juga: