Bencana Menggerogoti 15.300 Sekolah di Indonesia, 12 Juta Siswa Terdampak!

Bencana Menggerogoti 15.300 Sekolah di Indonesia, 12 Juta Siswa Terdampak

FOKUS PENDIDIKAN - 15 tahun terakhir
, bencana alam telah meluluhlantakkan 15.300 sekolah di seluruh penjuru Indonesia, menimbulkan dampak bagi lebih dari 12 juta siswa. Data ini diungkap oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menguak tragedi yang tak terelakkan di dunia pendidikan.

"Dalam 15 tahun terakhir, mungkin ada sekitar 15.300 lebih sekolah yang rusak karena bencana dan lebih dari 12 juta anak terdampak, artinya terganggunya pembelajaran," ungkap Zamzami Muzaki, Tenaga Ahli Sekretariat Nasional Pendidikan Kebencanaan pada Kemendikbudristek, saat ditemui di kantor BPBD Banten pada Kamis, 18 April 2024.

Dampak bencana tak hanya meluluhlantakkan fisik sekolah, tapi juga menimbulkan gangguan sosial dan terganggunya layanan pendidikan. Hal ini dikhawatirkan dapat memperparah kesenjangan pendidikan bagi para siswa yang terdampak.

"Tentu dampak bencana ini bisa adanya kerusakan, adanya korban jiwa, ada yang mengungsi, ada gangguan sosial gitu dan sebagainya. Di pendidikan juga sama dengan kerusakan sarana prasarana terganggunya layanan pendidikan sehingga anak-anak enggak bisa belajar," ujar Zamzami.

Kasus di Cianjur menjadi contoh nyata tragedi yang mengintai. Sebuah madrasah diniyah yang sedang belajar mengalami kehancuran, menelan korban jiwa 19 hingga 20 anak. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan anak-anak di sekolah tak boleh diabaikan.

"Bayangkan kalau ini kejadiannya pas di jam sekolah, pas memang banyak orang, semua anak-anak itu ada di sekolah ada dalam kelas untuk korbannya akan lebih banyak lagi," tuturnya.

Oleh karena itu, kebutuhan akan pedoman aman bencana di lingkungan sekolah atau Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menjadi sangatlah mendesak. Pedoman ini harus mengatur sarana prasarana evakuasi bencana untuk meminimalisir dampak kerusakan maupun korban jiwa.

"SPAB ini tujuannya adalah memastikan perlindungan keselamatan anak-anak dari bencana selama berada di sekolah dan juga meningkatkan kesiapsiagaan di manapun anak berada ketika ada bencana," terangnya.

Peningkatan kualitas sarana prasarana, kapasitas sumber daya manusia, dan tata kelola di sekolah juga menjadi kunci penting. Kemandirian sekolah dalam meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana perlu ditumbuhkan.

"Kemudian bagaimana meningkatkan kualitas sarana prasarana supaya bisa aman dan dapat melindungi anak-anak dari bencana termasuk juga meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan sumber daya tata kelola yang ada di sekolah agar tumbuh kemandirian untuk meningkatkan kesiapsiagaan di suatu pendidikan," sambungnya.

Kemendikbudristek mendorong pemerintah daerah untuk segera menerapkan SPAB di lingkungan satuan pendidikan. Keselamatan dan keamanan anak-anak dan para guru menjadi tanggung jawab utama semua pihak.

"Karena keselamatan dan keamanan warga sekolah terutama anak-anak dan para guru ini menjadi bertanggung jawab utama kita semua," pungkasnya.

Tragedi ini menjadi alarm bagi bangsa. Bencana tak terduga, dan kesiapsiagaan adalah kunci untuk melindungi generasi penerus bangsa. SPAB harus segera direalisasikan, menjadikan sekolah sebagai benteng aman bagi masa depan Indonesia.

*/Red

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru