Tantangan Pendidikan di Era AI: Apakah Guru Akan Tergantikan?
Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Dari AI Tutor hingga ChatGPT, teknologi kini mampu mengajar, menilai, bahkan menyesuaikan materi sesuai kemampuan siswa. Namun di balik kemudahan itu, muncul pertanyaan penting: apakah guru masih dibutuhkan di era AI, atau justru akan tergantikan oleh mesin?
TANGERANG | FOKUS.CO.ID – Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini menjadi fenomena besar dalam dunia pendidikan. Teknologi seperti AI Tutor, ChatGPT, dan sistem pembelajaran otomatis mulai mengambil sebagian peran manusia dalam proses belajar.Hal ini memunculkan pertanyaan penting: apakah kehadiran AI akan membuat peran guru tergantikan di masa depan?
AI saat ini mampu melakukan berbagai fungsi pengajaran, mulai dari menjawab pertanyaan siswa, memberikan penilaian otomatis, hingga menyesuaikan materi belajar sesuai kemampuan individu. Inovasi tersebut membuat pembelajaran menjadi lebih cepat, efisien, dan personal. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa guru tidak lagi menjadi pusat pengetahuan seperti dulu.
Pendidikan Tak Hanya Soal Pengetahuan
Tantangan utama dari perkembangan AI bukan hanya soal teknologi, tetapi juga nilai kemanusiaan. AI tidak memiliki empati, moralitas, maupun kemampuan membimbing karakter siswa. Padahal, pendidikan sejatinya bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan juga pembentukan kepribadian dan etika.
Tanpa kehadiran guru, pendidikan berisiko kehilangan sentuhan manusiawi yang menjadi jiwanya.
Guru, siswa, lembaga pendidikan, pemerintah, dan pengembang teknologi menjadi pihak yang harus berkolaborasi menghadapi perubahan ini. Guru dituntut adaptif dan melek digital agar mampu berkolaborasi dengan AI, sementara siswa perlu dibekali kemampuan menggunakan teknologi secara bijak. Pemerintah juga berperan penting dalam menyiapkan kurikulum berbasis AI yang tetap menekankan nilai kemanusiaan.
Fenomena Global yang Mulai Terasa di Indonesia
Fenomena penggunaan AI dalam pendidikan kini terjadi secara global, termasuk di Indonesia. Sekolah-sekolah besar di kota telah mengadopsi sistem berbasis AI untuk memantau kehadiran siswa, menilai hasil ujian, hingga menyajikan materi pembelajaran otomatis.
Namun, di banyak daerah yang masih terbatas secara teknologi, guru tetap menjadi sumber utama ilmu dan inspirasi bagi siswa.
Perdebatan mengenai peran guru dan AI mulai menguat sejak 2022, ketika AI generatif seperti ChatGPT dirilis ke publik. Pandemi COVID-19 sebelumnya juga mempercepat digitalisasi pendidikan, membuka peluang integrasi teknologi yang lebih luas dalam proses belajar.
Kolaborasi Manusia dan Mesin
Solusi terbaik bukan menggantikan guru dengan mesin, melainkan menggabungkan keduanya dalam sistem pembelajaran hibrida. AI dapat membantu tugas administratif dan analisis belajar, sementara guru berperan sebagai pembimbing, motivator, dan penjaga nilai-nilai moral.
AI mungkin mampu mengajarkan apa yang harus dipelajari, tetapi hanya guru yang dapat menanamkan mengapa seseorang harus belajar.
Guru tidak akan tergantikan oleh AI, melainkan akan berevolusi menjadi pendidik yang lebih kreatif, adaptif, dan kolaboratif. Masa depan pendidikan bukan tentang manusia versus mesin, tetapi bagaimana keduanya bekerja bersama menciptakan generasi yang cerdas sekaligus berkarakter.
Ditulis oleh : Sitti Laela Humaira Maligana
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang. Aktif menulis artikel dan opini seputar pendidikan, teknologi, dan komunikasi digital.